19 Feb 2011

Cap Go Meh

Setelah Imlek, masyarakat Tionghoa merayakan Cap Go Meh atau hari kelima belas yang merupakan penutup dari seluruh rangkaian perayaan Tahun Baru Cina.

Cap Go Meh melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek bagi komunitas kaum migran Tionghoa yang tinggal di luar Cina. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama.

Saat itu juga merupakan bulan penuh pertama dalam Tahun Baru tersebut.

Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Di Taiwan ia dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara ia dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan jeruk ke dalam laut - suatu adat yang berasal dari Penang, Malaysia.

Hari raya Cap Go Meh yang jatuh pada tanggal 15 bulan satu tahun Imlek adalah hari raya tradisional Tiongkok yang bersejarah dua ribu tahun lebih. Menurut tradisi rakyat Tiongkok, berakhirnya perayaan Cap Go Meh menandakan selesainya seluruh perayaan Tahun Baru Imlek.

Merayakan Cap Go Meh pada zaman kuno menandakan bahwa musim dingin akan lewat dan musim semi akan tiba, yang artinya adalah musim menabur dan menuai segera dimulai.

Malam Cap Go Meh adalah malam pertama bulan purnama setiap tahun baru. Pada malam itu, rakyat Tiongkok mempunyai kebiasaan memasang lampion berwarna-warni, karena itu festival ini juga disebut "hari raya lampion".

Menyaksikan lampion dan makan onde-onde adalah dua kegiatan penting dalam merayakan Cap Go Meh. Dan dari manakah asal usul tradisi pasang lampion pada Festival Cap Go Meh? Konon pada tahun 180 Sebelum Masehi, pada masa Dinasti Han Barat Kaisar Han Wendi naik takhta pada tanggal 15 bulan pertama Imlek.

Untuk merayakan penobatannya, Kaisar Han Wendi memutuskan menjadikan tanggal 15 bulan pertama sebagai hari raya lampion. Pada malam tanggal 15 bulan pertama setiap tahun, ia mempunyai kebiasaan keluar istana untuk berjalan-jalan dan merayakan festival itu bersama rakyat.

Pada tahun 104 Sebelum Masehi, Festival Cap Go Meh secara resmi dicantumkan sebagai hari raya nasional. Keputusan itu membuat skala Festival Cap Go Meh meningkat lebih lanjut. Menurut peraturan, setiap tempat umum dan setiap keluarga diharuskan memasang lampion berwarna-warni.

Dan di jalan-jalan utama dan pusat kebudayaan juga digelar pameran lampion besar-besaran secara meriah. Seluruh rakyat, baik tua maupun muda, pria maupun wanita semuanya mendatangi pameran lampion untuk menyaksikan lampion dan tarian lampion naga. Mereka juga bisa ikut permainan menebak teka-teki. Menurut catatan kitab sejarah, lampion paling spektakuler adalah Lampion Aoshandeng yang dibuat pada masa Dinasti Song abad ke-10. Aoshan adalah gunung tinggi di lautan yang dalam dongeng kuno diceritakan bahwa gunung Aoshan terapung-apung mengikuti gelombang laut.

Untuk membuat Gunung Aoshan dapat berdiri stabil, Kaisar Khayangan memerintahkan 15 ekor kura-kura untuk menyokongnya. Dongeng itu menceritakan bahwa saat itu rakyat merancang lampion Aoshan secara besar-besaran dengan beberapa kura-kura berukuran besar menggendongnya. Di atas gunung itu dinyalakan ribuan lampion, dan di atas permukaan lampion-lampion itu dihiasi batu, pohon, patung dan lukisan. Di atas gunung lampion itu, para pemusik memainkan musik, dan di depan gunung itu juga dibangun sebuah panggung untuk menggelar pertunjukan tari.

Lampion warna warni yang dipasang pada Festival Cap Go Meh kebanyakan dibuat dari kertas berwarna terang. Lampion bernama "zoumadeng" atau lampion kuda berlari adalah salah satu jenis lampion yang paling menarik. Konon lampion itu sudah bersejarah seribu tahun lamanya.

Makan onde-onde pada hari raya Cap Go Meh juga merupakan salah satu kebiasaan lama. Kebiasaan makan onde-onde dimulai dari masa Dinasti Song (tahun 960-tahun 1279 Masehi). Onde-onde dibuat dengan tepung beras ketan dan selai buah. Setelah dimasak, rasanya lezat sekali. Di kemudian hari, rakyat di bagian utara menyebut makanan itu sebagai "yuanxiao" dan rakyat di selatan menyebutnya sebagai "tangyuan". Cara pembuatan onde-onde di utara juga lain dengan di selatan.

Kini onde-onde sangat bervariasi. Lain tempat, lain pula cara pembuatan dan rasanya.

Pada Festival Cap Go Meh, selain menikmati lampion dan makan onde-onde, rakyat juga mengadakan kegiatan hiburan lainnya, seperti jangkungan, tari yangge (semacam tarian khas bagian utara Tiongkok) dan pertunjukan tari singa. Di sebagian daerah, misalnya di Yanqing Beijing dan Kota Harbin Provinsi Heilongjiang bagian timur laut Tiongkok biasanya digelar Festival Lampion Es menjelang Hari Raya Cap Go Meh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar